Kamis, 24 Oktober 2013
Catatan Kehidupan: Bunda
Catatan Kehidupan: Bunda: Ibu telah memberiku segalanya, cintanya tak terbatas kusebut sesamudra karena tak bisa diukur, ibu selalu mempersembahkan senyum unt...
Jumat, 18 Oktober 2013
Bahasa dan Filsafat Upaya Mencari Relasi
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi
Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh
kemudahan. Tanpa pertolongan NYA mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta yakni nabi muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Bahasa dan Filsafat, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami masing-masing maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Hubungan Filsafat dan Bahasa” yang dikaji berdasarkan dari beberapa sumber. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tetapi memiliki bahan yang detail bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebanyakan tokoh dalam membahasa hubungan ilmu
bahasa dan filsafat selalu menempatkan filsafat kedalam posisi yang relevan. Bahasa
adalah sesuatu yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia tentu mengalami
perkembangan, dan perkembangan berarti perubahan. Perubahan itu terjadi, oleh
karena bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tak pernah lepas dari
segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat, sedangkan filsafat bahasa adalah teori kebahasaan yang
menyelidiki kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia.
Ilmu
bahasa dan filsafat memiliki keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa dan filsafat beriringan mengikuti arus sesuai
dengan peralihan dari hari ke hari dan dari masa ke masa. Seseorang akan mampu
berfilsafat jika bahasa itu ada, begitu juga dengan adanya bahasa, seseorang
itu akan berbahasa sesuai dengan hasil penalaran, proses kerja otak dan
menghasilkan pengetahuan yang diolah melalui filsafat, jadi, bahasa dan
filsafat merupakan dua sejoli yang tidak terpisahkan.
Dari beberapa pandangan,
para ahli filsafat sepakat bahwa ada hubungan yang sangat erat antara filsafat
dan bahasa terutama yang berhubungan dengan peran pokok filsafat sebagai
analisator konsep-konsep. Konsep-konsep yang dianalisa filsafat memiliki raga
kuat karena berbentuk istilah-istilah bahasa yang tidak bisa tidak. Filosof
harus memahami makna “apa itu bahasa”yang selalu digunakan dalam memahami
konsep-konsep tersebut.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah hakikat bahasa itu?
2.
Apakah fungsi dan kelemahan bahasa?
3.
Apakah hubungan bahasa dan filsafat?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memberikan wacana kepada pembaca berupa bahan Filsafat Bahasa yang
dalam makalah ini membahas tentang hubungan filsafat dengan bahasa. Di samping
itu makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Bahasa
Defenisi bahasa dari Kridalaksana bahwa:
“Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para
anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi
diri”, dan yang sejalan dengan definisi mengenai bahasa dari beberapa pakar
lain.Adapun hakikat bahasa yaitu sebagai berikut :
1. Bahasa berwujud lambang.
2. Bahasa berupa bunyi.
3. Bahasa bersifat arbiter.
4. Bahasa bersifat produktif.
5. Bahasa bersifat dinamis, beragam dan manusiawi.
1.
Bahasa sebagai lambang
Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji
dalam kegiatan ilmiah dalam bidang kajian yang disebut ilmu semiotika atau
semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan
manusia, termasuk bahasa. Dalam semiotika atau semiology dibedakan adanya
beberapa jenis tanda, yaitu tanda (sign), lambing (simbol), sinyal (signal),
gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon.
Tanda selain dipakai sebagai istilah generic
dari semua yang termasuk kajian semiotika juga sebagai salah satu dari unsur
spesifik kajian semiotika itu, adalah sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide,
pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan alamiah. Misalnya,
kalau di kejauhan tampak langit mendung merupakan tanda akan turunnya hujan.
Berbeda
dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambang
menandai sesuatu yang lain secarakonvensional, tidak secara alamiah dan
langsung. Karena itu lambang sering disebut bersifat arbiter, sebaliknya, tanda
seperti yang sudah dibicarakan di atas, tidak bersifat arbiter. Yang dimaksud
arbiter adalah tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang
dengan yang dilambangkannya.
2. Bahasa adalah bunyi
Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan
dengan kata suara, sudah biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Secara
teknis, menurut Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat saraf
sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan
dalam tekanan udara.
Bunyi bahasa atau bunyi uajaran (speech
sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam
fonetik diamati sebagai “fon” dan di dalam fonemik sebagai “fonem”.
3.
Bahasa itu arbitrer
Kata arbitrer diartikan sewenang-wenang,
berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu
adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi
itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
Ferdinand de Saussure (1966:67) dalam dikotominya
membedakan apa yang disebut significant (Inggris: signifier) dan signifie
(Inggris: signified). Signifiant adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie
adalah konsep yang dikandung oleh signifiant.
4.
Bahasa itu produktif
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari
kata benda produksi. Arti produktif “ banyak hasilnya” atau lebih tepat “terus
menerus menghasilkan” lalu, kalau bahasa itu dikatakan produktif, maka
maksudnya, meskipun unsur-unsur itu terbatas, tapi dengan unsur-unsur dengan
jumlahnya yang terbatas terdapat di luar satuan-satuan bahasa yang jumlahnya
yang tidak terbatas, meski secara relative sesuai dengan sistem yang berlaku
dalam bahasa.
Keproduktifan bahasa memang ada batasnya
dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua macam keterbatasan, yaitu keterbatasan
pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat langue. Keterbatasan pada
tingkat parole adalah pada ketidak laziman atau kebelum laziman bentuk-bentuk
yang dihasilkan. Sedangkan pada tingkat langue keproduktifan itu dibatasi karena
kaidah atau sistem yang berlaku.
5.
Bahasa itu dinamis, beragam dan manusiawi
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang
tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan
manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat, tak ada kegiatan
manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Malah dalam bermimpi pun manusia
menggunakan bahasa, karena keterkaitan dan keterikatan bahasa itu dengan
manusia, sedangkan dalam kehidupannya dalam manusia kegiatan manusia tidak tetap
dan tidak berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak
tetap, menjadi tidak statis. Karena itulah, bahasa itu disebut dinamis.
Perubahahan yang paling jelas, dan paling
banyak adalah pada bidang leksikon dan semantik. Barang kali, hampir setiap
saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan dan ilmu, atau ada
kata-kata lama yang muncul dengan makna baru. Hal ini juga dipahami, karena
kata sebagai satuan bahasa terkecil, adalah sarana atau wadah untuk menampung
suatu konsep yang ada dalam masyarakat bahasa. Dengan terjadinya perkembangan
kebudayaan, perkembangan ilmu dan tekhnologi, tentu bermunculan konsep-konsep
baru, yang tentunya disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata atau
istilah-istilah baru.
Perubahan dalam bahasa juga tidak terjadi
berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan
perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan. Berbagai alasan
sosial dan politik menyebabkan orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan
bahasanya, lalu menggunakan bahasa lain. Di Indonesia, kabarnya telah banyak
bahasa daerah yang telah ditinggalkan para penuturnya terutama dengan alasan
sosial. Jika ini terjadi terus menurus, maka pada suatu saat kelak banyak
bahasa yang hanya ada beradadalam dokumentasi belaka, karena tidak ada lagi
penuturnya.
B. Fungsi dan Kelemahan Bahasa
Menurut
Jackobson
1. Emotive Speech
Ujaran
berfungsi psikologis yaitu dalam menyatakan perasaan sikap, emosi si penutur.
2. Phatic Speech
Ujaran
berfungsi memelihara hubugan sosial dan berlaku pada suasana tertentu.
3. Cognitive Speech
Ujaran
yang mengacu kepada dunia yang sesungguhnya yang sering diberi istilah
denotatif atau informative.
4. Rhetorical Speech
Ujaran
berfungsi mempengaruhi dan mengkondisi pikiran dan tingkah laku para penangkap
tutur.
5. Metalingual Speech
Ujaran
berfungsi untuk membicarakan bahasa, ini adalah jenis ujaran yang paling
abstrak karena dipakai dalam membicarakan kode komunikasi.
6. Poetic Speech
Ujaran
yang dipakai dalam bentuk tersendiri dengan mengistimewakan nilai-nilai
estetikanya.
Menurut Finocchairo :
1.
Personal
Ujaran untuk menyatakan emosi,
kebutuhan, pikiran, hasrat, sikap, perasaan, sama dengan emotive dari jakobson.
2.
Interpersonal
Ujaran untuk mempererat hubungan sosial
seperti ekspresi, pujian, simpati, bertanya kesehatan, dan sebagainya.
3.
Direktive
Ujaran untuk mengendalikan orang lain
dengan saran nasihat, perhatian, permohonan, persuasi, diskusi, dan sebagainya.
4.
Referential
Ujaran untuk membicarakan objek atau
peristiwa dalam lingkungan sekeliling atau di dalam kebudayaan pada umumnya.
5.
Metalinguistic
Sama dengan metalingual
6.
Imaginative
Sama dengan poetic
Menurut Titus, Smith, dan Nolan
1.
Fungsi
kognitif
Bahwa bahasa berfungsi untuk menerangkan
suatu kebenaran, seperti bahasa ilmu pengetahuan dan filsafat.
2.
Fungsi
emotif
Bahwa bahasa berfungsi menerangkan aspek
emosi atau perasaan terdalam dari manusia.
3.
Fungsi
imperative
Bahwa bahasa berfungsi memerintah atau
mengontrol suatu peerilaku, seperti bahasa komando dalam kemiliteran.
4.
Fungsi
seremonial
Fungsi menghormati orang lain, bedoa dan
ritual lainnya.
Menurut Raimund Popper:
1.
Fungsi
ekspresif
Merupakan proses pengungkapan situasi
dalam ke luar. Pada manusia menjadi suatu ungkapan diri pribadi.
2.
Fungsi
signal
Merupakan level lebih tinggi dan
sekaligus mengadakan fungsi ekspresif. Pada manusia tanda menyebabkan reaksi,
sebagai jawaban atas tanda.
3.
Fungsi
deskriptif
Mengadakan fungsi ekspresif dan signal.
Ciri khas fungsi ini ialah bahwa bahasa itu menjadi suatu pernyataan yang bisa
benar, bisa juga salah.
4.
Fungsi
argumentative
Bahasa merupakan alat atau media untuk
mengungkapkan seluruh gagasan manusia, termasuk dalam berargumentasi di dalam
mempertahankan suatu pendapat dan juga untuk meyakinkan orang lain dengan
alasan-alasanyang valid dan logis.
Kelemahan-kelemahan
bahasa :
1. Bahasa
sebagai suatu sistem simbol ternyata tidak bisa mengungkap seluruh realitas
yang ada di dunia ini. Ketidak mampuannya itu karena realitas-realitas itu pada
dasarnya merupakan simbol-simbol yang mesti diberi makna.
2. Bahasa
ketika digunakan oleh pengguna bahasa seringkali memiliki kecenderungan
emosional dan tidak terarah. Meskipun bahasa tersebut digunakan dalam konteks
ilmiah. Kita sering menemukan kata-kata (bahasa) yang digunakan dalam
perdebatan ilmiah kurang mengandung arti yang pasti dan rasional yang dapat
berakibat timbulnya tidak masuk akal, terutama apabila suatu argumentergantung
pada rangsangan emosi dan tidak memberikan informasi yang logis.
3. Sering
dijumpai ungkapan-ungkapan bahasa dimanipulasi demi kepentingan-kepentingan
tertentu, seperti kepentingan kampanye politik, ras, suku, doktrin ajaran
tertentu dll. Dalam ilmu bahasa peristiwa iu lazim disebut dengan istilah ‘eufimisme’ bahasa, yaitu ungkapan yang
lebih halus sebagai pengganti yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan
atau tidak menyenangkan, misalnya kata ‘meninggal
dunia’ untuk mati, wanita ‘perempuan’,’kupu-kupu malam’ untuk ‘wanita pelacur’, dan ‘tuna wisma’ untuk orang yang tidak
memiliki tempat tinggal.
4. Suatu
ungkapan bahasa sering dijumpai menimbulkan arti ganda karena tidak semua
ungkapan bahasa mampu melukiskan satu arti. Kegandaan arti tersebut biasanya
ditimbulkan oleh istilah-istilah yang goyah atau lemah rumusan atau batasannya.
5.
Ungkapan bahasa
sering juga menimbulkan banyak arti atau arti yang sama. Penggunaan istilah
untuk lebih dari satu arti, sementara kesan yang diberikan untuk mengatakan
hanya satu arti yang sama dalam perdebatan.
6.
Bahasa tidak
selamanya mampu memberikan respons, seperti selama ini dianggap sebagian besar
orang bahwa ungkapan-ungkapan bahasa yang dilontarkan akan senantiasa
memberikan respons sesuai dengan keinginan si pemakai. tetapi dalam
kenyataannya sering ungkapan-ungkapan bahasa yang dilontarkan oleh si pemakai
tidak memberikan respons sebagaimana diinginkan.
7. Ada anggapan bahwa
setiap ide yang akan diungkapkan oleh pemakai bahasa itu ada kata atau istilah
yang tersedia. Mereka yang berpandangan seperti
ini, mengidentifikasikan arti sebuah istilah atau ungkapan dengan ide-ide yang
menimbulkan dan juga yang ditimbulkan oleh ungkapan atau istilah tersebut,
padahal dalam ungkapan sehari-hari kita sering menjumpai ungkapan-ungkapan atau
kata-kata yang tidak ditimbulkan oleh ide apapun.
8. Banyak
orang yang beranggapan bahwa setiap kata yang diungkapkan itu me-referatau mengacu kepada suatu objek
yang konkret, empirik, dan dapat dibuktikan secara empirik. Padahal banyak
kata-kata yang dijumpai dalam kehidupan kita sehari-hari yang tidak mengacu
kepada objek yang konkret ada di dunia.
C. Hubungan bahasa dan
Filsafat
Bahasa
tidak saja sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses hubungan
antarmanusia, tetapi bahasa pun mampu mengubah seluruh kehidupan manusia.
Artinya, bahwa bahasa merupakan aspek terpenting dari kehidupan manusia.
Kearifan Melayu mengatakan : “Bahasa
adalah cermin budaya bangsa, hilang budaya maka hilang bangsa”. Jadi bahasa
adalah sine qua non, suatu yang mesti
ada bagi kebudayaan dan masyarakat manusia.
Bagaimanapun alat paling utama dari
filsafat adalah bahasa. Tanpa bahasa, seorang filosof (ahli filsafat) tidak
mungkin bisa mengungkapkan perenungan kefilsafatannya kepada orang lain. Tanpa bantuan bahasa, seseorang tidak akan mengerti
tentang buah pikiran kefilsafatan.
Louis
O. Katsooff berpendapat bahwa suatu sitem filsafat sebenarnya dalam
arti tertentu dapat dipandang sebagai suatu bahasa, dan perenungan kefilsafatan
dapat dipandang sebagai suatu upaya penyusunan bahasa tersebut. Karena itu
filsafat dan bahasa senantiasa akan beriringan, tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Hal ini karena bahasa pada hakikatnya
merupakan sistem symbol-simbol. Sedangkan tugas filsafat yang utama adalah
mencari jawab dan makna dari seluruh symbol yang menampakkan diri di alam
semesta ini. Bahasa juga adalah alat untuk membongkar seluruh rahasia
simbol-simbol tersebut.
Dari uraian di atas, maka jelaslah
bahwa bahasa dan filsafat memiliki hubungan atau relasi yang sangat erat, dan
sekaligus merupakan hukum kausalitas (sebab-akibat) yang tidak dapat ditolak
kehadirannya. Sebab itulah seorang filosof (ahli filsafat), baik secara
langsung maupun tidak, akan senantiasa menjadikan bahasa sebagai sahabat
akrabnya yang tidak akan terpisahkan oleh siapa pun dan dalam kondisi bagaimanapun.
BAB
III
SIMPULAN
Semua orang mempunyai kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa. Menggunakan bahasa
atau berbahasa ini adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian terpenting yang
dibutuhkan oleh manusia, sehingga berbahasa itu sifatnya alamiah atau sesuatu
yang normal.
Dengan bahasa, membuat kita menjadi mahluk yang
bermasyarakat serta menjadi sarana untuk mengekspresikan diri, menyampaikan
pesan kepada orang lain dan yang utama dalam proses komunikasi.
Label:
Filsafat Ilmu
Jumat, 04 Oktober 2013
Tipe-Tipe Makna Menurut Para Ahli
Makna suatu kata merupakan bahan yang dikaji dalam ilmu semantik. Tipe-tipe makna menurut pada ahli dapat dibedakan
oleh beberapa jenis sebagai
berikut:
Label:
SEMANTIK
Langganan:
Postingan (Atom)