Jumat, 18 Oktober 2013

Bahasa dan Filsafat Upaya Mencari Relasi


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan NYA mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Bahasa dan Filsafat, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami masing-masing maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Hubungan Filsafat dan Bahasa” yang dikaji berdasarkan dari beberapa sumber. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tetapi memiliki bahan yang  detail bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kebanyakan tokoh dalam membahasa hubungan ilmu bahasa dan filsafat selalu menempatkan filsafat kedalam posisi yang relevan. Bahasa adalah sesuatu yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia tentu mengalami perkembangan, dan perkembangan berarti perubahan. Perubahan itu terjadi, oleh karena bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat, sedangkan filsafat bahasa adalah teori kebahasaan yang menyelidiki kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia.
Ilmu bahasa dan filsafat memiliki keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa dan filsafat beriringan mengikuti arus sesuai dengan peralihan dari hari ke hari dan dari masa ke masa. Seseorang akan mampu berfilsafat jika bahasa itu ada, begitu juga dengan adanya bahasa, seseorang itu akan berbahasa sesuai dengan hasil penalaran, proses kerja otak dan menghasilkan pengetahuan yang diolah melalui filsafat, jadi, bahasa dan filsafat merupakan dua sejoli yang tidak terpisahkan.
            Dari beberapa pandangan, para ahli filsafat sepakat bahwa ada hubungan yang sangat erat antara filsafat dan bahasa terutama yang berhubungan dengan peran pokok filsafat sebagai analisator konsep-konsep. Konsep-konsep yang dianalisa filsafat memiliki raga kuat karena berbentuk istilah-istilah bahasa yang tidak bisa tidak. Filosof harus memahami makna “apa itu bahasa”yang selalu digunakan dalam memahami konsep-konsep tersebut.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah hakikat bahasa itu?
2.      Apakah fungsi dan kelemahan bahasa?
3.      Apakah hubungan bahasa dan filsafat?
C.     Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wacana kepada pembaca berupa bahan Filsafat Bahasa yang dalam makalah ini membahas tentang hubungan filsafat dengan bahasa. Di samping itu makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Bahasa.  


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Bahasa
Defenisi bahasa dari Kridalaksana bahwa: “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”, dan yang sejalan dengan definisi mengenai bahasa dari beberapa pakar lain.Adapun hakikat bahasa yaitu sebagai berikut :
1. Bahasa berwujud lambang.
2. Bahasa berupa bunyi.
3. Bahasa bersifat arbiter.
4. Bahasa bersifat produktif.
5. Bahasa bersifat dinamis, beragam dan manusiawi.

1.  Bahasa sebagai lambang
Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji dalam kegiatan ilmiah dalam bidang kajian yang disebut ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa. Dalam semiotika atau semiology dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu tanda (sign), lambing (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon.
Tanda selain dipakai sebagai istilah generic dari semua yang termasuk kajian semiotika juga sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian semiotika itu, adalah  sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan alamiah. Misalnya, kalau di kejauhan tampak langit mendung merupakan tanda akan turunnya hujan.
Berbeda dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambang menandai sesuatu yang lain secarakonvensional, tidak secara alamiah dan langsung. Karena itu lambang sering disebut bersifat arbiter, sebaliknya, tanda seperti yang sudah dibicarakan di atas, tidak bersifat arbiter. Yang dimaksud arbiter adalah tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya.
2.   Bahasa adalah bunyi
Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara, sudah biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Secara teknis, menurut Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.
Bunyi bahasa atau bunyi uajaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon” dan di dalam fonemik sebagai “fonem”.
3.      Bahasa itu arbitrer
Kata arbitrer diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
Ferdinand de Saussure (1966:67) dalam dikotominya membedakan apa yang disebut significant (Inggris: signifier) dan signifie (Inggris: signified). Signifiant adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie adalah konsep yang dikandung oleh signifiant.


4.       Bahasa itu produktif
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif “ banyak hasilnya” atau lebih tepat “terus menerus menghasilkan” lalu, kalau bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun unsur-unsur itu terbatas, tapi dengan unsur-unsur dengan jumlahnya yang terbatas terdapat di luar satuan-satuan bahasa yang jumlahnya yang tidak terbatas, meski secara relative sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa.
Keproduktifan bahasa memang ada batasnya dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua macam keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat langue. Keterbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidak laziman atau kebelum laziman bentuk-bentuk yang dihasilkan. Sedangkan pada tingkat langue keproduktifan itu dibatasi karena kaidah atau sistem yang berlaku.
5.      Bahasa itu dinamis, beragam dan manusiawi
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat, tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Malah dalam bermimpi pun manusia menggunakan bahasa, karena keterkaitan dan keterikatan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya dalam manusia kegiatan manusia tidak tetap dan tidak berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena itulah, bahasa itu disebut dinamis.
Perubahahan yang paling jelas, dan paling banyak adalah pada bidang leksikon dan semantik. Barang kali, hampir setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna baru. Hal ini juga dipahami, karena kata sebagai satuan bahasa terkecil, adalah sarana atau wadah untuk menampung suatu konsep yang ada dalam masyarakat bahasa. Dengan terjadinya perkembangan kebudayaan, perkembangan ilmu dan tekhnologi, tentu bermunculan konsep-konsep baru, yang tentunya disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata atau istilah-istilah baru.
Perubahan dalam bahasa juga tidak terjadi berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan. Berbagai alasan sosial dan politik menyebabkan orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasanya, lalu menggunakan bahasa lain. Di Indonesia, kabarnya telah banyak bahasa daerah yang telah ditinggalkan para penuturnya terutama dengan alasan sosial. Jika ini terjadi terus menurus, maka pada suatu saat kelak banyak bahasa yang hanya ada beradadalam dokumentasi belaka, karena tidak ada lagi penuturnya.
B.  Fungsi dan Kelemahan Bahasa
Menurut Jackobson
1.      Emotive Speech
Ujaran berfungsi psikologis yaitu dalam menyatakan perasaan sikap, emosi si penutur.
2.      Phatic Speech
Ujaran berfungsi memelihara hubugan sosial dan berlaku pada suasana tertentu.
3.      Cognitive Speech
Ujaran yang mengacu kepada dunia yang sesungguhnya yang sering diberi istilah denotatif atau informative.
4.      Rhetorical Speech
Ujaran berfungsi mempengaruhi dan mengkondisi pikiran dan tingkah laku para penangkap tutur.
5.      Metalingual Speech
Ujaran berfungsi untuk membicarakan bahasa, ini adalah jenis ujaran yang paling abstrak karena dipakai dalam membicarakan kode komunikasi.
6.      Poetic Speech
Ujaran yang dipakai dalam bentuk tersendiri dengan mengistimewakan nilai-nilai estetikanya.
Menurut Finocchairo :
1.      Personal
Ujaran untuk menyatakan emosi, kebutuhan, pikiran, hasrat, sikap, perasaan, sama dengan emotive dari jakobson.
2.      Interpersonal
Ujaran untuk mempererat hubungan sosial seperti ekspresi, pujian, simpati, bertanya kesehatan, dan sebagainya.
3.      Direktive
Ujaran untuk mengendalikan orang lain dengan saran nasihat, perhatian, permohonan, persuasi, diskusi, dan sebagainya.
4.      Referential
Ujaran untuk membicarakan objek atau peristiwa dalam lingkungan sekeliling atau di dalam kebudayaan pada umumnya.
5.      Metalinguistic
Sama dengan metalingual
6.      Imaginative
Sama dengan poetic
Menurut Titus, Smith, dan Nolan
1.      Fungsi kognitif
Bahwa bahasa berfungsi untuk menerangkan suatu kebenaran, seperti bahasa ilmu pengetahuan dan filsafat.
2.      Fungsi emotif
Bahwa bahasa berfungsi menerangkan aspek emosi atau perasaan terdalam dari manusia.
3.      Fungsi imperative
Bahwa bahasa berfungsi memerintah atau mengontrol suatu peerilaku, seperti bahasa komando dalam kemiliteran.
4.      Fungsi seremonial
Fungsi menghormati orang lain, bedoa dan ritual lainnya.
Menurut Raimund Popper:
1.      Fungsi ekspresif
Merupakan proses pengungkapan situasi dalam ke luar. Pada manusia menjadi suatu ungkapan diri pribadi.
2.      Fungsi signal
Merupakan level lebih tinggi dan sekaligus mengadakan fungsi ekspresif. Pada manusia tanda menyebabkan reaksi, sebagai jawaban atas tanda.
3.      Fungsi deskriptif
Mengadakan fungsi ekspresif dan signal. Ciri khas fungsi ini ialah bahwa bahasa itu menjadi suatu pernyataan yang bisa benar, bisa juga salah.
4.      Fungsi argumentative
Bahasa merupakan alat atau media untuk mengungkapkan seluruh gagasan manusia, termasuk dalam berargumentasi di dalam mempertahankan suatu pendapat dan juga untuk meyakinkan orang lain dengan alasan-alasanyang valid dan logis.
Kelemahan-kelemahan bahasa :
1.      Bahasa sebagai suatu sistem simbol ternyata tidak bisa mengungkap seluruh realitas yang ada di dunia ini. Ketidak mampuannya itu karena realitas-realitas itu pada dasarnya merupakan simbol-simbol yang mesti diberi makna.
2.      Bahasa ketika digunakan oleh pengguna bahasa seringkali memiliki kecenderungan emosional dan tidak terarah. Meskipun bahasa tersebut digunakan dalam konteks ilmiah. Kita sering menemukan kata-kata (bahasa) yang digunakan dalam perdebatan ilmiah kurang mengandung arti yang pasti dan rasional yang dapat berakibat timbulnya tidak masuk akal, terutama apabila suatu argumentergantung pada rangsangan emosi dan tidak memberikan informasi yang logis.
3.      Sering dijumpai ungkapan-ungkapan bahasa dimanipulasi demi kepentingan-kepentingan tertentu, seperti kepentingan kampanye politik, ras, suku, doktrin ajaran tertentu dll. Dalam ilmu bahasa peristiwa iu lazim disebut dengan istilah ‘eufimisme’ bahasa, yaitu ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan atau tidak menyenangkan, misalnya kata ‘meninggal dunia’ untuk mati, wanita ‘perempuan’,’kupu-kupu malam’ untuk ‘wanita pelacur’, dan ‘tuna wisma’ untuk orang yang tidak memiliki tempat tinggal.
4.      Suatu ungkapan bahasa sering dijumpai menimbulkan arti ganda karena tidak semua ungkapan bahasa mampu melukiskan satu arti. Kegandaan arti tersebut biasanya ditimbulkan oleh istilah-istilah yang goyah atau lemah rumusan atau batasannya.
5.      Ungkapan bahasa sering juga menimbulkan banyak arti atau arti yang sama. Penggunaan istilah untuk lebih dari satu arti, sementara kesan yang diberikan untuk mengatakan hanya satu arti yang sama dalam perdebatan.
6.      Bahasa tidak selamanya mampu memberikan respons, seperti selama ini dianggap sebagian besar orang bahwa ungkapan-ungkapan bahasa yang dilontarkan akan senantiasa memberikan respons sesuai dengan keinginan si pemakai. tetapi dalam kenyataannya sering ungkapan-ungkapan bahasa yang dilontarkan oleh si pemakai tidak memberikan respons sebagaimana diinginkan.
7.       Ada anggapan bahwa setiap ide yang akan diungkapkan oleh pemakai bahasa itu ada kata atau istilah yang tersedia. Mereka yang berpandangan seperti ini, mengidentifikasikan arti sebuah istilah atau ungkapan dengan ide-ide yang menimbulkan dan juga yang ditimbulkan oleh ungkapan atau istilah tersebut, padahal dalam ungkapan sehari-hari kita sering menjumpai ungkapan-ungkapan atau kata-kata yang tidak ditimbulkan oleh ide apapun.
8.      Banyak orang yang beranggapan bahwa setiap kata yang diungkapkan itu me-referatau mengacu kepada suatu objek yang konkret, empirik, dan dapat dibuktikan secara empirik. Padahal banyak kata-kata yang dijumpai dalam kehidupan kita sehari-hari yang tidak mengacu kepada objek yang konkret ada di dunia.


C. Hubungan bahasa dan Filsafat
            Bahasa tidak saja sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses hubungan antarmanusia, tetapi bahasa pun mampu mengubah seluruh kehidupan manusia. Artinya, bahwa bahasa merupakan aspek terpenting dari kehidupan manusia. Kearifan Melayu mengatakan : “Bahasa adalah cermin budaya bangsa, hilang budaya maka hilang bangsa”. Jadi bahasa adalah sine qua non, suatu yang mesti ada bagi kebudayaan dan masyarakat manusia.
            Bagaimanapun alat paling utama dari filsafat adalah bahasa. Tanpa bahasa, seorang filosof (ahli filsafat) tidak mungkin bisa mengungkapkan perenungan kefilsafatannya kepada orang lain. Tanpa bantuan bahasa, seseorang tidak akan mengerti tentang buah pikiran kefilsafatan.
       Louis O. Katsooff  berpendapat bahwa suatu sitem filsafat sebenarnya dalam arti tertentu dapat dipandang sebagai suatu bahasa, dan perenungan kefilsafatan dapat dipandang sebagai suatu upaya penyusunan bahasa tersebut. Karena itu filsafat dan bahasa senantiasa akan beriringan, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal ini karena bahasa pada hakikatnya merupakan sistem symbol-simbol. Sedangkan tugas filsafat yang utama adalah mencari jawab dan makna dari seluruh symbol yang menampakkan diri di alam semesta ini. Bahasa juga adalah alat untuk membongkar seluruh rahasia simbol-simbol tersebut.
            Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa bahasa dan filsafat memiliki hubungan atau relasi yang sangat erat, dan sekaligus merupakan hukum kausalitas (sebab-akibat) yang tidak dapat ditolak kehadirannya. Sebab itulah seorang filosof (ahli filsafat), baik secara langsung maupun tidak, akan senantiasa menjadikan bahasa sebagai sahabat akrabnya yang tidak akan terpisahkan oleh siapa pun dan dalam kondisi bagaimanapun.

BAB III
SIMPULAN

Semua orang mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa. Menggunakan bahasa atau berbahasa ini adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian terpenting yang dibutuhkan oleh manusia, sehingga berbahasa itu sifatnya alamiah atau sesuatu yang normal.
Dengan bahasa, membuat kita menjadi mahluk yang bermasyarakat serta menjadi sarana untuk mengekspresikan diri, menyampaikan pesan kepada orang lain dan yang utama dalam proses komunikasi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar